Deklarasi Kebangkitan Pemuda Banjarnegara
Refleksi
181 tahun berdirinya Kabupaten Banjarnegara makin menegaskan
keniscayaan akan lahirnya Deklarasi Kebangkitan Pemuda Banjarnegara.
Sebab diusianya yang ke 181 tahun, posisi banjarnegara masih cukup
memprihatinkan dibandingkan kota yang selevel di jawa tengah dari 35
kabupaten dan kota madya yang ada.
Padahal kita memiliki jumlah pemuda lebih
dari 550.000, kita memiliki ormas yang terdaftar di Kesbangpollinmas
sebanyak 117 ormas, kita memiliki komunitas muda lebih dari 60
komunitas. Kita memiliki potensi wisata yang perlu di olah lebih dari 67
titik, kita memiliki sumber daya alam yang luar biasa baik tambang
pasir putih, veldspar, emas, granit dan panas bumi yang luar biasa.
Sayang potensi-potensi tersebut belum
terberdayakan dengan optimal untuk kemaslakhatan ummat. Kita masih
tercerai berai. Gerakan yang kita niatkan untuk membangun Banjarnegara
menjadi kontra produktif manakala kita merasa bahwa apa yang kita
lakukan adalah yang paling hebat dibandingkan dengan yang lain.
Ternyata penyakit EGO SEKTORAL ( sebut saja sebagai Virus Ego Sektoral atau VES )
tidak hanya menjangkiti jajaran Excutive saja, tetapi jajaran
Legislative dan Yudicative-pun juga terkena imbasnya. Bahkan lebih
dahsyat lagi, golongan ormas juga terkena virus yang sama, dan yang
ternyata membuat mata ini jadi terbelalak lagi adalah komunitas dan
masyarakatpun tidak bisa menghindar dari penyakit VES ini.
VES adalah sumber penyakit pertama yang
menyebabkan posisi kota tercinta kita dalam keadaan STAG. VES pula yang
menyebabkan gerakan pembangunan menjadi tercerai berai dan VES pula yang
menjadikan kebanyakan program positif menjadi contra productive. Sekali
lagi VES ini juga yang menjadikan gerakan – gerakan pembangunan
terkesan seporadis. Dan VES juga yang menjadikan kita tidak mampu
merancang program yang Comprehensive, Integral Dan Multisectoral.
Keberadaan diri pada posisi zona aman dan
nyaman adalah gejala awal terjangkitnya penyakit VES. Sebab dalam
posisi tersebut, kita jadi enggan untuk melakukan gerakan – gerakan yang
progressive. Kita enggan untuk melakukan gerakan – gerakan pembaharuan
social kemasyarakatan. Sementara tantangan dan zaman terus berubah. Dan
otak kita, makin lama makin tumpul untuk menangkap signal – signal
perubahan tersebut. Antisipasi perubahan zaman tidak bisa terdeteksi
dengan baik. Alhasil dampak negative yang semestinya bisa kita
antisipasi, menjadi momok persoalan social yang harus kita telan dengan
pahit. Lalu dengan lantang sebagian dari kita berucap, itulah generasi
yang keblabasan. Siapa yang menyebabkan dan membiarkan ini terjadi tak
jua terkoreksi. Sungguh menyedihkan.
Lalu masih adakah sedikit harapan akan hadirnya sebuah perubahan ?
Sepanjang kita semua bisa membangun
komitmen bersama bahwa, kita bukanlah golongan yang suka menuding sana
sini dan menyalahkan si A dan si B akan suatu hal. Maka kita dapat
memulai gerakan Pembaharuan ini. Bahwa ketika jari telunjuk kita
menuding orang lain ataupun golongan lain telah berbuat kesalahan. Maka
jari yang lain yang lebih banyak ternyata mengarah kepada diri kita
sendiri. Apa yang sudah kita perbuat untuk turut serta menyelesaikan
persoalan yang ada dan menjawab atas tertanyaan yang datang.
Sepanjang gerakan kita masih di ibaratkan
dengan tepuk tangan menggunakan satu jari, maka sekeras apapun gerakan
kita, nyaris tidak akan terdengar. Akan tetapi jika kita mampu
menyatukan sepuluh jari kita, bersatu padu untuk melakukan gerakan tepuk
tangan, ternyata walau dengan hentakan yang tidak terlalu keras,
kenyataannya suaranya jauh lebih terdengar. Inilah filosofis arti
penting bersatu padunya pemuda, masyarakat dan juga seluruh elemen yang
ada di Banjarnegara untuk bahu membahu, gotong royong membangun
MBanjarnegara.
Murnikan niat, buang jauh VES dan
mari bersatu padu membangun kota kita tercinta. Sepanjang kita mau dan
yakin, kita PASTI BISA !!!
Selamat dating kaum deklarator kebangkitan pemuda Banjarnegara.